
Lapang Merdeka Sebelum Direvitalisasi
Setiap pagi dan sore, ketika cuaca cerah atau tidak hujan, Lapang Merdeka selalu dipadati pengunjung. Pada hari Senin sampai Jumat, mayoritas pengunjung adalah warga Kota Sukabumi. Namun ketika akhir pekan tiba, Sabtu dan Minggu, warga dari Kabupaten Sukabumi turut serta dalam kemeriahan, berbaur dengan warga kota tanpa sekat dan batas.
Mereka datang bukan hanya untuk berolahraga. Banyak juga sambil menikmati kuliner sederhana yang disajikan di pinggir Jalan Veteran II atau di Titik Juara. Kendati demikian, tidak semua pengunjung memilih jajanan UMKM yang ditempatkan di lokasi resmi yang telah disiapkan pemerintah. Justru, pedagang kaki lima (PKL) lebih banyak digimbung (Bahasa Sunda) oleh para pengunjung.
Jumlah kunjungan ke Lapang Merdeka terus meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena ini dipengaruhi oleh cara pandang masyarakat urban yang semakin sadar akan pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan. Walau demikian, tak sedikit juga pengunjung datang hanya untuk jalan-jalan, cuci mata, atau sekadar healing ringan.
Peningkatan kunjungan ini menjadi berkah bagi para juru parkir. Jika dikelola dengan baik oleh pemerintah, pendapatan dari parkir berpotensi menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meski mungkin tidak besar, paling tidak hasil pungutan parkir bisa dimanfaatkan untuk membenahi Lapang Merdeka secara bertahap.
Lapang Merdeka Setelah Direvitalisasi
Situasi ini berbeda dengan dua dekade lalu. Ketika itu, lonjakan pengunjung hanya terasa pada hari Sabtu dan Minggu. Pendapatan parkir pun tidak terlalu signifikan. Kini kondisinya jauh berubah, Lapang Merdeka benar-benar menggambarkan ruang publik ideal yang dimanfaatkan warga secara luas.
Peningkatan jumlah kunjungan ini sangat terasa setelah pandemi Covid-19 dinyatakan usai oleh pemerintah. Selama hampir dua tahun masyarakat hidup dalam pembatasan sosial (social distancing). Kebosanan memuncak akibat penutupan akses ruang publik. Maka, setelah pandemi berakhir, warga seolah merayakan kebebasan dengan kembali memadati ruang publik, termasuk Lapang Merdeka.
Faktor lain yang mendorong lonjakan kunjungan adalah revitalisasi Lapang Merdeka yang dilakukan pemerintah. Sebelumnya, kawasan ini hanya berupa lapang dengan lintasan lari dan fasilitas olahraga sederhana. Kini telah tersedia berbagai fasilitas lain yang menunjang aktivitas warga.
Bahkan lintasan sepeda dan sepatu roda jga sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai lahan usaha sewa sepeda dan mobil-mobilan listrik. Aktivitas ini sempat menjadi sorotan publik, apakah keuntungannya masuk ke kantong penjaja atau turut masuk ke kas daerah?
Di sisi lain, beberapa waktu lalu warga sempat mengkritik kebijakan pemerintah yang menggunakan Lapang Merdeka sebagai lokasi hiburan. Pada masa pemerintahan Wali Kota Muraz, terdapat aturan bahwa Lapang Merdeka tidak boleh digunakan untuk kegiatan hiburan berskala besar seperti konser, karena dikhawatirkan merusak fasilitas.
Namun pemerintah kota beralasan bahwa Lapang Merdeka juga memiliki fungsi sebagai ruang wisata. Meski akhirnya kerusakan memang terjadi setelah beberapa acara besar; hiburan Wayang Golek, jalan santai yang disponsori produk kopi, acara dangdut, hingga siaran langsung televisi swasta. Pemerintah kemudian melakukan revitalisasi untuk memperbaiki fasilitas yang rusak.
Ruang publik merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat urban untuk berinteraksi dan membangun ikatan sosial. Ketika ruang publik rusak, pemerintah sebagai civil servant memiliki kewajiban untuk memperbaiki dan menyediakan ruang yang layak bagi warganya.
Melihat kunjungan ke Lapang Merdeka yang terus meningkat, pemerintah kota merencanakan pembangunan Lapang Merdeka II di wilayah Cibeureum. Ini merupakan babak baru pembangunan infrastruktur perkotaan, terlebih karena lokasinya berada di wilayah selatan yang jauh dari pusat kota.
Rencana ini patut didukung, namun tetap membutuhkan beberapa catatan penting. Pertama, pembangunan Lapang Merdeka II harus melalui kajian matang, termasuk dampak sosial yang mungkin timbul. Kedua, desain pembangunan harus holistik, memadukan berbagai fasilitas dengan dukungan anggaran yang memadai. Jangan sampai proyek besar ini hanya menghasilkan lapang seadanya.
Ruang publik dengan fasilitas olahraga yang memadai dan tidak berbayar sangat diharapkan warga. Jika Lapang Merdeka II nantinya benar-benar memiliki fasilitas lengkap seperti Lapang Merdeka di pusat kota, maka tujuan pemerataan infrastruktur bagi masyarakat berpotensi besar tercapai. Walakin, kita tetap harus memahami sejarah dan alasan mengapa Lapang Merdeka selalu menjadi magnet bagi pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota.


Posting Komentar
Posting Komentar