
Seiring bertambahnya usia, otak manusia mengalami penyusutan, dimulai sejak usia 30 tahun dan semakin cepat saat memasuki usia lanjut. Penurunan volume otak ini dapat memicu penurunan kognitif, yang berujung pada penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Namun, beberapa orang tetap memiliki fungsi otak optimal hingga usia 80 tahun ke atas.
Mark Twain pernah berkata, “Usia hanyalah soal pikiran daripada soal penuaan tubuh. Jika kamu tidak mempermasalahkannya, usia tidak akan menjadi soal.” Ungkapan ini mencerminkan fakta bahwa penuaan tidak selalu berbanding lurus dengan penurunan kognitif. Meskipun otak menyusut, fungsi kognitif bisa tetap terjaga dengan gaya hidup yang tepat.
Psikiater Susan B. Trachman dalam Psychology Today menyebut bahwa penyusutan otak adalah proses alami. Setelah usia 30 tahun, otak mulai kehilangan volume, terutama di korteks prefrontal dan hipokampus—dua bagian penting untuk memori, pengambilan keputusan, dan kendali diri. Namun, tidak semua fungsi otak menurun. Kemampuan verbal dan penalaran abstrak masih dapat meningkat dengan stimulasi yang tepat.
Studi menunjukkan bahwa lansia aktif memiliki volume otak lebih besar dibandingkan mereka yang kurang bergerak. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, atau menari terbukti dapat memperlambat penyusutan otak. Bahkan, lansia superkognitif—kelompok lansia dengan fungsi kognitif setara orang paruh baya—memiliki tingkat penyusutan otak lebih rendah dibandingkan rata-rata.
Gaya hidup sehat adalah kunci utama dalam mempertahankan kesehatan otak. Olahraga rutin tidak hanya baik untuk jantung tetapi juga meningkatkan suplai darah dan oksigen ke otak. Selain itu, pola makan yang kaya akan sayuran, lemak sehat, serta rendah makanan olahan dan daging merah berperan dalam menjaga kesehatan otak.
Selain aktivitas fisik, stimulasi mental juga sangat penting. Membaca, mengisi teka-teki silang, bermain catur, atau bahkan berinteraksi sosial dapat memperlambat penurunan kognitif. Studi menunjukkan bahwa lansia yang aktif bersosialisasi memiliki risiko demensia lebih rendah dibandingkan mereka yang kesepian.
Tidur yang cukup juga berperan dalam menjaga kesehatan otak. Saat tidur, sistem glimfatik bekerja membersihkan limbah otak, termasuk protein beracun yang berkontribusi terhadap demensia. Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur sangat penting bagi kesehatan otak di usia lanjut.
Meskipun faktor genetik berperan dalam risiko penyakit neurodegeneratif, gaya hidup sehat dapat menunda atau bahkan mencegah dampaknya. Penyusutan otak memang tak terhindarkan, tetapi dampaknya bisa diminimalkan dengan investasi kesehatan sejak dini.
Penuaan adalah proses alami, tetapi bagaimana kita menghadapinya bergantung pada keputusan yang kita buat hari ini. Menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial bukan hanya investasi untuk hari tua, tetapi juga kunci untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bermartabat.
Posting Komentar
Posting Komentar